ASSALAMUALAIKUM WR. WB, Selamat datang di purnama-blog, semoga dapat memberi inspirasi dan bermanfaat bagi rekan-rekan pembaca, Aamiin !!!

Wednesday, July 20, 2011

SISTEM PELUMASAN

Sistem pelumasan pada sepeda motor dibedakan menjadi dua, yaitu sistem pelumasan sepeda motor 4 tak dan sistem pelumasan sepeda motor 2 tak.
a. Sistem Pelumasan Sepeda Motor 4 Tak
Sepeda motor 4 tak pelumasan hanya ada satau macam, yaitu dari bak engkol. Minyak pelumas diisikan pada bak engkol. Dari bak engkol minyak pelumas dipercikan ke dinding silinder untuk melumasi dinding silinder motor. Ding oli yang dipasang pada piston bertugas meratakan dan membersihkan oli pada dinding silinder tersebut. Oleh karena itu sepeda motor 4 tak dilengkapi dengan ring oli.

b. Sistem Pelumasan Sepeda Motor 2 Tak
Sistem pelumasan sepeda motor 2 tak dibedakan menjadi 2, yaitu :
1 Sistem Pelumasan Campur
Pada sistem ini oli dicampurkan dengan bahan bakar (bensin) pada tangki. Contohnya adalah pada sepeda motor vespa.
2 Sistem Pelumasan Autolube
Pada sistem ini oli ditampung pada tempat tersendiri. Oleh karena itu pada sistem ini digunakan dua jenis minyak pelumas, yaitu pelumasan untuk bak engkol dan pelumasan untuk motornya. Untuk menjalankan tugas tersebut sistem ini dilengkapi dengan pompa oli. Contohnya pada sepeda motor Yamaha.
Sistem pelumasan percik umumnya digunakan pada sepeda motor 4 tak seperti Honda.

Minyak pelumas yang digunakan pada sepeda motor adalah oli, karena oli mempunyai syarat-syarat yang diperlukan dalam pelumasan, yaitu :
a. Daya lekatnya baik
b. Titik nyala tinggi
c. Tidak mudah menguap
d. Titik beku rendah
e. Mudah memindahkan panas.
Kekentalan oli ditandai dengan SAE (The Society of Automotive Engineers). Semakin besar angka SAE-nya berarti semakin kental. Oli SAE 40 lebih kental dari pada oli SAE 20. kekentalan oli tersebut makin lama makin berkurang sehingga daya lumasnya pun menurun. Panas dan proses pembakaran sangat berpengaruh terhadap kualitas oli. Sisa pembakaran seperti H2O yang mengembun masuk kedalam bak oli dan bereaksi akhirnya menghasilkan lumpur yang merusak kualitas oli. Disamping itu karbon yang tidak terbakar akan bercampur dengan oli dan mengendap menjadi kerak.

Oli pada sistem pelumasan sepeda motor berfungsi sebagai :
a. Mengurangi gesekan
b. Menyerap panas
c. Mengurangi kehausan
d. Menambah kerapatan antara piston dan dinding silinder
e. Mencegah karat
f. Membersihkan kotoran-kotoran
c. Pompa Oli
Pompa oli pada sepeda motor berfungsi untuk memyemprotkan oli agar bercampur dengan gas baru dan masuk kedalam ruang bakar. Jumlah oli yang disemprotkan kedalam ruang bakar harus sesuai dengan ketentuan. Tidak boleh banyak ataupun kurang, jika terlalu banyak mengakibatkan ruang bakar menjadi cepat kotor oleh kerak/karbon dan polusi yang ditimbulkan oleh asap buang gas. Jika kurang mengakibatkan motor menjadi cepat panas dan memungkinkan piston macet didalam silinder.

Jumlah oli yang disemprotkan oleh pompa dapat disetel, mekanisme penyetelannya pun tidak sama. Sepeda motor yang dipompa oli adalah sepeda motor 2 tak seperti Yamaha dan Suzuki, vespa termasuk sepeda motor 2 tak tapi oli tidak disemprotkan oleh pompa melainkan dicampur dengan bensin dalam tangki bensin. Sedangkan motor 4 tak seperti Honda tidak menggunakan pompa oli dan bensinnya dicampur dengan oli. Percikan oli dari ruang engkol secara otomatis karena pada pipi engkol terdapat sendok yang berfungsi sebagai pemercik.

Pemeriksaan, Penyetelan, dan Perawatan :
1. Periksa tanda penyetelan pada pompa oli. Pada motor Suzuki A-100, waktu gas tangan diputar penuh maka tanda pada tuas pompa dan tanda pada rumah pompa harus segaris. Jika tanda tidak segaris maka perlu penyetelan kabel pompa oli.
2. Pada motor jenis Kawasaki KH-110 penyetelan pompa oli dilakukan setelah motor mencapai temperatur kerja. Setelah motor hidup pada putaran stasioner gas tangan diputar sampai putaran motor mulai naik. Pada posisi ini pompa oli harus segaris. Jika tanda penyetelan tidak segaris maka perlu penyetelan pada kabel pompa oli.
3. Pada motor Yamaha V-75 (E) Deluxe, penyetelan dilakukan dengan menggunakan mur pengunci lalu baut penyetel diputar hingga tanda yang terdapat pada pully lurus dengan baut yang terdapat pada plat penyetel. Setelah lurus mur penyetel diluruskan lagi. Penyetelan dilakukan dalam keadaan katup gas tertutup.
4. Pada Yamaha Alfa penyetelan dilakukan dengan mengendorkan mur pengunci lalu dengan memutar penyetel hingga tanda pully penyetel sejajar di tengah-tengah sekrup Philip head atau terletak pada jarak 1 mm dari sekrup tengah. Selain itu keraskan lagi mur pengunci.
Read More..

Thursday, July 14, 2011

SEJARAH TENTANG KERIS

Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berliku-liku, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu guratan-guratan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata tikam yang memiliki kemiripan dengan keris adalah badik.
Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan[1], sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
Penggunaan keris tersebar pada masyarakat penghuni wilayah yang pernah terpengaruh oleh Majapahit, seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan (Mindanao). Keris Mindanao dikenal sebagai kalis. Keris di setiap daerah memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam penampilan, fungsi, teknik garapan, serta peristilahan.
Asal-usul keris belum sepenuhnya terjelaskan karena tidak ada sumber tertulis yang deskriptif mengenainya dari masa sebelum abad ke-15, meskipun penyebutan istilah “keris” telah tercantum pada prasasti dari abad ke-9 Masehi. Kajian ilmiah perkembangan bentuk keris kebanyakan didasarkan pada analisis figur di relief candi atau patung. Sementara itu, pengetahuan mengenai fungsi keris dapat dilacak dari beberapa prasasti dan laporan-laporan penjelajah asing ke Nusantara.
Read More..