Pendidikan vokasi merupakan sistem yang tidak terpisahkan
dari sistem pendidikan secara menyeluruh. Meskipun demikian, kurikulum
pendidikan vokasi memiliki karakteristik dan kekhususan tersendiri yang
membedakannya dengan sub sistem pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya
dalam definisi, struktur organisasi, dan tujuan pendidikannya saja, tetapi
terlihat dari aspek lainnya yang berkaitan dengan aspek perencanaan kurikulum.
Karakteristik – karakteristik dasar dari kurikulum pendidikan teknologi dan
kejuruan yaitu:
1.
Orientasi
Keberhasilan utama dari kurikulum pendidikan vokasi,
bukan saja diukur dari pencapaian hasil belajar berupa kelulusan, tetapi pada
kemampuan para lulusan kelak di dunia kerja. Asumsi tersebut dilandasi oleh
pemikiran bahwa sifat pendidikan vokasi yang merupakan pendidikan untuk
penyiapan tenaga kerja, maka dengan sendirinya orientasi pendidikan vokasi
tertuju pada output atau lulusan.
2.
Justifikasi
Kurikulum pendidikan vokasi didasarkan pada identifikasi
kebutuhan berbagai jenis pekerjaan yang ada di lapangan. Inilah yang menjadi alasan
mengapa pendidikan vokasi perlu ”diselenggarakan”. Justifikasi/alasan
keberadaan pendidikan vokasi didasari oleh asumsi adanya kebutuhan tenaga kerja
di lapangan. Oleh karena itu, yang dimaksud justifikasi di sini adalah
justifikasi untuk eksistensi. Pendidikan vokasi ”tidak layak ada” jika di
lapangan tidak dibutuhkan tenaga kerja yang akan dididik di sekolah tersebut.
3.
Fokus
Fokus kurikulum pendidikan vokasi tidak hanya pada aspek skill/psikomotorik seperti yang dipahami
sebagian masyarakat, akan tetapi kurikulum
membantu siswa untuk
mengembangkan diri dalam seluruh aspek yaitu pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai yang tujuan akhirnya untuk memberikan kontribusi untuk
keberhasilan sebagai ”pekerja” atau dengan kata lain siswa dididik untuk
memiliki kemampuan yang komprehensif dan simultan sehingga mampu menjadi
pekerja yang ”produktif”.
4.
Kriteria keberhasilan di
sekolah dan luar sekolah (dual criteria)
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk
menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan vokasi pada dasarnya
menerapkan ukuran ganda, yaitu keberhasilan siswa di sekolah (in-school success) dan keberhasilan di
luar sekolah (out-of-school success).
Kriteria yang pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam menempuh proses
pembelajaran di kelas, sedang kriteria keberhasilan yang kedua diindikasikan
oleh keberhasilan performance lulusan
setelah berada di dunia kerja.
5.
Hubungan antara sekolah,
masyarakat dan keterlibatan pemerintah
Hubungan antara sekolah dan masyarakat lebih khususnya
dengan dunia industri merupakan karakteristik yang sangat penting dalam konteks
pendidikan vokasi. Peran masyarakat dan pemerintah dalam hal ini sama
pentingnya. Masyarakat dan pemerintah memiliki tanggung jawab untuk
mengembangkan pendidikan vokasi. Perwujudan hubungan timbal balik yang
menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory committee),
kesediaan dunia usaha menampung siswa pendidikan vokasi dalam program kerjasama
yang memungkinkan kesempatan pengalaman lapangan, informasi kecenderungan
ketenagakerjaan yang selalu dijabarkan ke dalam perencanaan dan implementasi
program pendidikan.
6.
Kepekaan
Kurikulum pendidikan vokasi memiliki karakteristik lain
yaitu kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat pada
umumnya dan dunia kerja pada khususnya, hal ini dimungkinkan karena komitmen pendidikan
vokasi yang tinggi untuk selalu berorientasi kepada dunia kerja. Perkembangan
ilmu dan teknologi, pasang surutnya suatu bidang pekerjaan, inovasi dan
penemuan-penemuan terbaru dalam bidang produksi dan jasa, semuanya itu sangat
besar pengaruhnya terhadap kecenderungan pendidikan vokasi. Tidak terkecuali
adalah mobilitas kerja baik vertikal maupun horisontal sebagai akibat
perkembangan sosial kemasyarakatan yang semuanya harus diantisipasi secara
cermat guna menjamin relevansi yang tinggi antara isi pendidikan vokasi dan
kebutuhan dunia kerja.
7.
Sarana prasarana dan
pembiayaan
Dalam implementasi kurikulum
di pendidikan vokasi, ketersediaan sarana prasarana merupakan sesuatu yang
sangat penting. Kelengkapan sarana prasarana akan dapat membantu mewujudkan
situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja
secara lebih realistis dan edukatif. Bengkel dan laboratorium adalah
kelengkapan yang umum menyertai keberadaan/eksistensi pendidikan vokasi, selain
pengalaman lapangan yang biasanya tercantum dalam kerangka kurikulumnya. Dalam
konteks ini, sering dipertanyakan apakah investasi yang besar di pendidikan
vokasi cukup efisien dibandingkan dengan hasilnya.
Daftar Pustaka:
Finch Curtis.R and Crunkilton. (1984). Curriculum Development In Vocational And
Technical Education : Planning, Content, and Implementation. Sidney. Allyn
and Bacon Inc
No comments:
Post a Comment