ASSALAMUALAIKUM WR. WB, Selamat datang di purnama-blog, semoga dapat memberi inspirasi dan bermanfaat bagi rekan-rekan pembaca, Aamiin !!!

Friday, April 7, 2017

Filsafat Ilmu

Immanuel Kant (1724-1804) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat, maka semenjak itu pula refleksi filsafat mengenai pengetahuan manusia menjadi menarik perhatian. Lahirlah di abad ke-18 cabang filsafat yang disebut sebagai Filsafat Pengetahuan (Theori of Knowledge, Erkennistlehre, Kennesleer atau Epistemologi) di mana logika, filsafat bahasa, matematika, metodologi, merupakan komponen-komponen pendukungnya.
Dengan mendasarkan diri atas sumber-sumber atau sarana tertentu seperti panca-indera, akal (Venstand), akal-budi (Vernunft) dan intuisi, berkembanglah berbagai macam school of thought, yaitu empirisme (John Locke), rasionalisme (Descartes), kritisis- me (Immanuel Kant), positifisme (Auguste Comte), fenomenologi (Husserl), konstniktivisme (Feyerabend), dan lain-lainnya yang muncul sebagai upaya pembaharuan.
Di dalam sejarah kita mengenal tiga macam epistemologi, yaitu Pertama dengan secara sadar dan berkelanjutan orang menempuh cara untuk menguasai serta merobah objek, melalui upaya-upaya konkret dan secara langsung menuju ke arah kemajuan (progress, Improvement) atau pun pernbaharuan. Kedua, dengan cara mengasingkan diri secara fisik maupun rohani, sebagaimana nenek moyang kita dahulu secara praksis rnelakukannya. Ketiga, dengan membungkus objek yang dijadikan sasaran, yaitu dengan memperindahnya ke dalam suatu ideal. Wujud daripadanya adalah nilai-nilai seni, sastra, mitologik yang bermuatan etik, moral ataupun agama.
Karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan a higher level of knowledge maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: ilmu (pengetahuan).
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagai­mana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dua­lisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan ke­yakinan kita masing‑masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Aksologi ilmu meliputi nilai‑nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau ke­nyataan dalam kehidupan yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik‑material. Lebih dari itu nilai‑nilai ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan, baik dalam melakukan penelitian maupun dalam menerapkan ilmu.
Dalam perkembangannya Filsafat llmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi ke­budayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan dan man­faat ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan.

No comments: